Selasa, 09 Oktober 2012

Rangkul anak-anak di Lingkungan kita untuk Bermain Edukatif Tanpa Mengeluarkan Biaya Besar

Coba kita tengok kegiatan bermain anak-anak masa kini. Play Station, Game Online, Nonton acara TV yang sebenarnya tidak untuk anak seusianya. Sungguh berbeda dengan jaman kita. Dulu kita bermain bersama dengan banyak teman yang mengharuskan kita untuk dapat hidup bersosialisasi.
Dapatkah ini dikatakan sebagai pengaruh dari kemajuan tekhnologi dan jaman? Sebahagian besar alasannya memang benar. Ini adalah pengaruh dari kemajuan tekhnologi dan kemajuan jaman. Dapatkah kita membedakan segi positif dan negatifnya dari permainan anak-anak sekarang?
Ternyata, lebih banyak yang setuju dengan menyatakan bahwa permainan untuk anak-anak sekarang lebih banyak segi negatifnya. Anak-anak menjadi kurang bersosialisasi, kurang pandai membawakan diri jika harus berada dalam satu kelompok, dan menjadi malas belajar.
Bagaimanakah solusi untuk mengatasi hal ini? Adakah diantara anda yang peduli dengan hal ini? Bagaimana jika kita ingin merubah mereka agar bermain dalam permainan yang positif?
Disela-sela waktu luang anda, ajaklah anak-anak dilingkungan anda untuk berkumpul. Berikan cerita, atau dongeng edukatif lainnya. Hal lain yang dapat kita kerjakan adalah mengajak mereka bersepeda atau jalan-jalan sore bersama. Anak-anak akan merasa sangat senang jika ada orang dewasa yang membimbing mereka dalam bermain.
Banyak permainan lain yang dapat kita berikan kepada mereka. Ajaklah anak-anak di lingkungan anda bermain bulu tangkis, sepak bola, atau latihan bernyanyi bersama. Dan tentu kegiatan ini masih dibawah pengawasan kita.
Jika hal pertama telah berjalan lancar (mengumpulkan anak-anak dan sudah berjalannya kegiatan), untuk meringankan tugas anda bedakan anak-anak menurut usia. Bimbinglah anak yang lebih besar untuk dapat mengasuh adik-adiknya. Misalnya: Anak usia SMP dan SMA diberikan pengertian dan diajari oleh kita untuk dapat mengajari adik-adiknya yang usianya lebih muda. Katakan pada mereka, mereka bertugas sebagai pembimbing. Ini akan membuat mereka merasa lebih berarti dan bangga. Hal ini akan memicu semangat mereka untuk membimbing adik-adiknya.
Berikan anak-anak keterampilan  sesuai usianya. Untuk anak-anak kecil berilah mereka kertas lipat atau kertas koran bekas yang sudah digunting kotak untuk membuat berbagai macam bentuk Origami (Seni melipat kertas).
Sedangkan untuk anak-anak yang agak besar (usia SD, SMP, dan SMA), ajaklah mereka membuat keterampilan yang lebih menuju pada wira usaha. Misalnya: membuat hiasan dinding.
Membuat hiasan dinding yang mudah adalah sebagai berikut: Semen putih, Cetakan kue dari plastik bekas/bekas celengan plastik, dan kawat untuk dijadikan gantungannya (dibentuk U). Caranya mudah, semen diberi air dimasukkan ke cetakan kemudian diberikan kawat untuk  gantungannya nanti. Biarkan mengering beberapa hari, setelah kering keluarkan dari cetakan dan warnai.
Anda tidak punya uang untuk membeli semen dan lainnya? Ssst…! Anak-anak tak akan keberatan jika dimintai uang jajannya seribu rupiah seorang untuk membeli semen putih.
Ada hal yang bisa dilakukan untuk mengajari anak-anak menyukai kegiatan menulis, namun ini jangan dipaksakan kepada mereka yang kurang gemar menulis. Mengingat anak-anak memiliki dunia imajinasi sendiri, berikan tugas kepada mereka untuk mengarang. Biarkan mereka bebas memilih tema karangan. Agar mereka merasa senang, berikan bimbingan anda pada tulisan mereka.
Pembaca Kompasiana yang budiman, masih banyak yang dapat kita lakukan untuk Lingkungan kita, mungkin hanya tinggal kesadaran, kemauan, dan niat kita.
Tak perlu mengeluarkan biaya mahal, percayalah. Dan percayalah, lambat laun lingkungan kita akan memperhatikan dan menyokong kegiatan kita.
Mari kita bangun lingkungan kita.

Membangun sebuah Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan masyarakat atau TBM adalah salah satu wadah yang bergerak dibidang pendidikan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan dan lain sebagainya.

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya ekonomi menengah ke bawah, membeli buku adalah sesuatu yang berat. Tentunya selain buku pelajaran untuk sekolah anak-anaknya. Mungkin bagi sebagian dari mereka, membeli beras dan kebutuhan lainnya lebih penting. Tak dapat dipungkiri, memang.

Salah-satu solusi untuk persoalan ini adalah dengan dibentuknya Taman Bacaan masyarakat, dimana masyarakat dapat menikmati isi buku tanpa mengeluarkan uang.

Bagaimana perkembangan Taman Bacaan Masyarakat sekarang? Setelah beberapa pelopor, pendiri dan relawan dengan gigih mengajak sesama relawan dan masyarakat umu untuk turut membangun TBM di lingkungannya, kini TBM telah marak diberbagai daerah. Tentunya, masih dubutuhkan TBM-TBM selanjutnya. Agar sosialialisasi gerakan membaca merata.

Bagaimana membangun sebuah Taman Bacaan Masyarakat? Kita ambil contoh TBM ARJASARI dan SUDUT BACA SOREANG. Sebuah Taman bacaan Masrarakat yang berada di Kabupaten Bandung.


Taman Bacaan Arjasari contohnya, dibangun oleh Agus Munawar dengan menggunakan ruang dapur yang hanya berukuran 3 x 3 meter. Dengan kegigihan Agus, TBM ini berkembang pesat hingga sekarang menjadi salah-satu TBM percontohan.

Agus mengatakan dulu saat dia merintis Taman bacaan Masyarakat, sepulang kerja dengan menggunakan motor vespa dia selalu membawa buku bekas layak baca yang dibelinya dari pasar loak buku.

Melihat reaksi anak-anak yang begitu antusias untuk membaca dan mengikuti kegiatan di TBM, masyarakatpun mendukung apa yang dirintis Agus. Dukungan masyarakat dan kebersamaan mereka menjadikan TBM ARJASARI menjadi Taman bacaan yang maju dan memiliki kegiatan tetap yang edukatif.

Setelah TBM Arjasari berjalan lancar, Aguspun menghibahkan rumahnya untuk dipakai berbagai keperluan TBM. Agus kemudian membeli kembali satu buah rumah di griya Bunga Asri Blok A33 Soreang, dan mendirikan SUDUT BACA SOREANG yang bermodalkan hanya 500 buku.

Bagaimana jika kita mempunyai niat membangun Taman Bacaan Masyarakat? Syarat utama tentu saja buku. namun jika syarat yang satu ini belumlah terpenuhi, ada hal lain yang dapat digunakan terlebih dahulu. Kegiatan, tentunya masyarakat khususnya anak-anak menyukai kegiatan yang dibimbing langsung oleh orang tua/kita sebagai pengelola TBM.

Saya berikan contoh disini kegiatan menggambar dan mewarnai, membaca puisi, belajar bersama, berdiskusi, cerdas cermat, bersepeda santai, atau lainnya. Contoh-contoh ini tentunya tidak akan menghabiskan dana anda.

Untuk mewarnai, kita cukup bermodalkan fotocopy gambar yang sering kita temukan di buku pelajaran anak-anak. Untuk pensil warna dan lainnya, kita hanya membutuhkan satu saja karena pensil warna bisa dipakai bersama-sama. Ini juga melatih keakraban dan sosialisasi mereka.

Untuk membaca puisi, belajar bersama, berdiskusi, cerdas-cermat lebih cocok diterapkan pada anak-anak usia SD-SMP-SMA. Alangkah senangnya melihat anak-anak kita bermain sambil belajar. Di Taman Bacaan Masyarakat mereka menemukan hal yang baru, dimana mereka bisa mendapatkan pendidikan non formal.

Tambahan, untuk menarik perhatian pada TBM kita, sebarkan fotocopy tentang keberadaan TBM dan pada pemajangan buku-buku usahakan  agar tampak jelas terlihat dari luar.  Tidak punya rak buku untuk memajang? Sayapun memakai berberapa kardus bekas untuk dijadikan meja buku.

Mudah kan? Mengapa tidak kita mulai dari sekarang? Segeralah rancang kira-kira TBM seperti apa yang akan anda bangun.

Menulislah dan Membacalah


Try to write every day, Undoubtedly, your skin will be refreshed due to the tremendous benefits.” Cobalah untuk menulis setiap hari, tidak diragukan lagi kulitmu akan segar karena ada manfaatnya. Itulah kalimat yang tertulis dalam buku Women’s Renellion and Islamic Memory yang ditulis oleh Fatima Mernissi,seorang feminis dari maroko. Benarkah itu? Jika itu benar tak ada salahnya kita mulai menulis. 

Menulis dapat membuat pikiran kita merasa rileks. Apalagi jika yang ditulis itu adalah isi hati kita, tentu ini tergantung dengan tulisan apa yang kita sukai. Sebahagian orang lebih menyukai untuk menulis berbagai hal-hal yang fakta, namun ada pula sebahagian lagi lebih menggemari untuk menulis cerita-cerita fiksi atau pengalaman hidupnya. 

Tulisan bisa beragam, ada berita, curahan hati, puisi, fiksi ataupun hanya sekedar tulisan singkat, yang hanya si penulis sendirilah mengetahui artinya. Semua tidak dilarang, dan semua itu sah-sah saja. Lalu, bagaimana jika kita ingin belajar menulis?
Tidak semua orang pandai menulis, tidak semua orang pandai mengutarakan cerita atau pemikiran yang ada dalam otaknya. Bagaimana cara untuk dapat menulis?
Harus kita terima, bahwa kegiatan menulis tidak lepas dari membaca. Dengan banyak membaca pengetahuan kita akan bertambah. Dengan membaca, sedikit demi sedikit cara menulispun bisa kita dapatkan disana. Tapi ingat! Jikapun terlalu banyak membaca atau keasyikkan membaca tak baik pulalah untuk niat kita pandai menulis.
Leslie Monsour, seorang penyair dari Amerika pernah menulis sebuah puisi yang berjudul The Education of a Poet.
Her pencil poised, she’s ready to create,
Then listens to her mind’s perverse debate
On whether what she does serves any use
And that is all she needs for an excuse
To spend all afternoon and half the night
Enjoying poems other people write
Pensilnya telah tajam, dia siap untuk mencipta
Kemudian didalam fikirannya ada perdebatan sesat
Apa kira-kira apa yang dia lakukan (tulis) itu bagus
Semua itu dijadikannya alasan
Untuk menghabiskan sepanjang sore dan setengah malam hari
Nikmati berupa-rupa puisi karya orang lain
Keseimbangan membaca dan menulis sangatlah penting. Jika keasyikkan membaca dan timbul keragu-raguan hanya karena kita memiliki fikiran, “Apakah tulisan saya bagus?” Maka niscaya kemampuan kita menulis akan terlaksana.
Bagaimana mengatasi hal itu? Mulailah menulis, lupakan (dahulu) tentang bagus atau tidaknya. Menulislah dan membacalah dengan seimbang, cepat atau lambat kemampuan kita akan terasah. Pun ilmu menulis kita akan bertambah.