Selasa, 09 Oktober 2012

Membangun sebuah Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan masyarakat atau TBM adalah salah satu wadah yang bergerak dibidang pendidikan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan dan lain sebagainya.

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya ekonomi menengah ke bawah, membeli buku adalah sesuatu yang berat. Tentunya selain buku pelajaran untuk sekolah anak-anaknya. Mungkin bagi sebagian dari mereka, membeli beras dan kebutuhan lainnya lebih penting. Tak dapat dipungkiri, memang.

Salah-satu solusi untuk persoalan ini adalah dengan dibentuknya Taman Bacaan masyarakat, dimana masyarakat dapat menikmati isi buku tanpa mengeluarkan uang.

Bagaimana perkembangan Taman Bacaan Masyarakat sekarang? Setelah beberapa pelopor, pendiri dan relawan dengan gigih mengajak sesama relawan dan masyarakat umu untuk turut membangun TBM di lingkungannya, kini TBM telah marak diberbagai daerah. Tentunya, masih dubutuhkan TBM-TBM selanjutnya. Agar sosialialisasi gerakan membaca merata.

Bagaimana membangun sebuah Taman Bacaan Masyarakat? Kita ambil contoh TBM ARJASARI dan SUDUT BACA SOREANG. Sebuah Taman bacaan Masrarakat yang berada di Kabupaten Bandung.


Taman Bacaan Arjasari contohnya, dibangun oleh Agus Munawar dengan menggunakan ruang dapur yang hanya berukuran 3 x 3 meter. Dengan kegigihan Agus, TBM ini berkembang pesat hingga sekarang menjadi salah-satu TBM percontohan.

Agus mengatakan dulu saat dia merintis Taman bacaan Masyarakat, sepulang kerja dengan menggunakan motor vespa dia selalu membawa buku bekas layak baca yang dibelinya dari pasar loak buku.

Melihat reaksi anak-anak yang begitu antusias untuk membaca dan mengikuti kegiatan di TBM, masyarakatpun mendukung apa yang dirintis Agus. Dukungan masyarakat dan kebersamaan mereka menjadikan TBM ARJASARI menjadi Taman bacaan yang maju dan memiliki kegiatan tetap yang edukatif.

Setelah TBM Arjasari berjalan lancar, Aguspun menghibahkan rumahnya untuk dipakai berbagai keperluan TBM. Agus kemudian membeli kembali satu buah rumah di griya Bunga Asri Blok A33 Soreang, dan mendirikan SUDUT BACA SOREANG yang bermodalkan hanya 500 buku.

Bagaimana jika kita mempunyai niat membangun Taman Bacaan Masyarakat? Syarat utama tentu saja buku. namun jika syarat yang satu ini belumlah terpenuhi, ada hal lain yang dapat digunakan terlebih dahulu. Kegiatan, tentunya masyarakat khususnya anak-anak menyukai kegiatan yang dibimbing langsung oleh orang tua/kita sebagai pengelola TBM.

Saya berikan contoh disini kegiatan menggambar dan mewarnai, membaca puisi, belajar bersama, berdiskusi, cerdas cermat, bersepeda santai, atau lainnya. Contoh-contoh ini tentunya tidak akan menghabiskan dana anda.

Untuk mewarnai, kita cukup bermodalkan fotocopy gambar yang sering kita temukan di buku pelajaran anak-anak. Untuk pensil warna dan lainnya, kita hanya membutuhkan satu saja karena pensil warna bisa dipakai bersama-sama. Ini juga melatih keakraban dan sosialisasi mereka.

Untuk membaca puisi, belajar bersama, berdiskusi, cerdas-cermat lebih cocok diterapkan pada anak-anak usia SD-SMP-SMA. Alangkah senangnya melihat anak-anak kita bermain sambil belajar. Di Taman Bacaan Masyarakat mereka menemukan hal yang baru, dimana mereka bisa mendapatkan pendidikan non formal.

Tambahan, untuk menarik perhatian pada TBM kita, sebarkan fotocopy tentang keberadaan TBM dan pada pemajangan buku-buku usahakan  agar tampak jelas terlihat dari luar.  Tidak punya rak buku untuk memajang? Sayapun memakai berberapa kardus bekas untuk dijadikan meja buku.

Mudah kan? Mengapa tidak kita mulai dari sekarang? Segeralah rancang kira-kira TBM seperti apa yang akan anda bangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar